Jumat, 10 Februari 2012

Kiat Menghadapi Pujian (Pertendean)


oleh Ridwan SH Mbt
Pada saat ini banyak orang yang haus akan pujian, tentang penilaian dirinya dan berbagai macam bentuk lainnya yang intinya adalah agar setiap orang yang memandang dirinya untuk bagaimana selalu dapat membesarkan hatinya. Sadar tidak sadar baik secara langsung maupun tidak langsung anda pasti pernah melakukannya, pun demikian dengan saya.
Allah SWT. Mengingatkan dalam fi...rmannya: “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui siapa orang yang bertaqwa”(QS. Al-Najm;32).
Agar dapat menyikapi pujian secara sehat, Nabi SAW memberikan 3 kiat yang sangat menarik untuk diteladani.

1. Selalu mawas diri supaya tidak sampai terbuai oleh pujian yang dikatakan orang. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Nabi SAW. Menanggapinya dengan doa’: “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu” (HR. Al-Bukhari). Lewat doa’ ini, Nabi SAW. Memngajarkan bahwa pujian adalah perkataab orang lain yang potensial menjerumuskan kita. Ibaratnya, orang lain yang mengupas nangka, tapi kita yang kena getahnya. Orang lain yang melontarkan ucapan, tapi malah kita yang terjerumus menjadi besar kepala dan lepas control.

2. Menyadari hakikat pujian sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain. Karena, sebenarnya setiap manusia pasti memiliki sisi gelap. Dan ketika ada seseorang yang memuji kita, maka itu lebih karena factor ketidaktahuan dia akan belang serta sisi gelap kita. Oleh sebab itu, kiat Nabi SAW. Dalam menanggapi pujian adalah dengan berdoa’: “Dan ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku)”. (HR. Al-Bukhari).

3. Kalaupun sisi baik yang dikatakan orang lain tentang kita adalah benar adanya, Nabi SAW. Mengajarkan kita agar memohon kepada Allah SWT. Untuk dijadikan lebihbaik dari apa yang Nampak di mata orang lain. Maka kalau mendengar pujian seperti ini, Nabi SAW, kemudian berdoa’: “Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira”. (HR. Al-Bukhari)

Selain memberikan teladan kiat menyikapi pujian, Nabi SAW. Dalam keseharian beliau juga memberikan contoh begaimana mengemas pujian yang baik. Intinya, jangan sampai pujian yang terkadang secara spontan keluar dari bibir kita, malah menjerumuskan dan merusak kepribadian sahabat yang kita puji.
Ada beberapa tladan yang dapat disarikan dari kehidupan Nabi SAW, yaitu diantaranya:

1. Nabi SAW, tidak memuji di hadapan orang yang bersangkutan secara langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi mereka. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam. Nabi menjawab bahwa Islam adalah shalat lima waktu, puasa dan zakat. Maka orang badui itupun berjanji untuk menjalankan ketiganya dengan konsisten, tanpa menambahi atau menguranginya. Setelah Si Badui pergi, Nabi SAW. Memujinya di hadapan para sahabat, “Setelah itu beliau menambahi , “Barang siapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Thalha ra.)

2. Nabi SAW, lebih seering melontarkan pujian dalam doa. Ketika melihat minat dan ketekunan Ibn Abbas ra. Dalam mendalami tafsir Al-Qur’an, Nabi SAW, tidak serta merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibn Abbas ra.: “Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Al-Qur’an).” (HR. Al-Hakim, dari sa’id bin Jubair) begitu pula, disaat Nabi SAW, melihat ketekunan Abu Hurairah ra. Dalam mengumpulkan hadist dan menghafalnya, beliau lantas berdoa’ agar Abu Hurairah ra. Dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihapalnya. Doa inilah yang kemudian dikabulkan oleh Allah SWT. Dan menjadikan Abu Hurairah ra. Sebagai Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist. Pujian yang dilontarkan orang lain terhadap diri kita, merupakan salah satu tantangan berat yang dapat merusak kepribadian kita. Pujian dapat membunuh karakter seseorang, tanpa ia sadari. Oleh karena itu, ketika seorang Sahabat memuji Sahabat yang lain secara langsung Nabi SAW, menegurnya: ”Kamu telah memenggal leher temanmu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Bakar ra.) senada dengan hadist tersebut, Ali ra. Berkata dalam ungkapan hikmahnya yang sangat popular, “Kalau ada yang memui kamu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu, dari pada kamu terbuai oleh pujiannya.” Namun ketika saat ini pujian sudah menjadi fenomena umum ditengah-tengah masyarakat kita, maka yang paling penting adalah bagaimana menyikapi setiap pujian secara sehat agar tidak sampai lupa daratan dan lepas control, mengapresiasikan pujian hanya sebagai topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahuio orang lain, serta terus berdoa’ kepada Allah SWT. Agar dijadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, kalaupun perlu memuji seseorang adalah bagaimana bisa mengemas pujian secara sehat. Dan perlu diingat memuji tidaklah harus dengan kata-kata, tapi akan lebih berarti bila diekspresikan lewat dukungan dan doa. Sehingga dengan demikian, kita tidak sampai menjerumuskan orang yang kita puji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar